Selasa, 21 November 2017

SMK PGRI 3 Malang Gelar Skarivaganza 2016

SMK PGRI 3 Malang Gelar Skarivaganza 2016


Memberikan wadah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa SMP/MTs se-Malang Raya, SMK PGRI 3 Malang menggelar berbagai lomba olahraga, seni dan kesehatan bertajuk Skarivaganza 2016, Sabtu (23/1).

Kepala SMK PGRI 3 Malang, M. Lukman Hakim, ST membenarkan kegiatan ini digelar SMK PGRI 3 Malang untuk mewadahi kreativitas anak-anak SMP/MTs se-Malang Raya. Kegiatan Skarivaganza 2016 diikuti sebanyak 1.200 siswa yang berasal dari 70 SMP dan MTs negeri maupun swasta.
“Banyak kegiatan yang digelar dalam Skarivaganza, mulai dari kejuaraan futsal, karate, desain poster, lomba fotografi, lukis kaos, mading dua dimensi, olimpiade matematika, bahasa Inggris dan lain lain,” tegas Lukman, Sabtu (23/1).
Pada event lomba kali ini juga disediakan hadiah bernilai total sebesar Rp 20 juta. Hadiah berupa piala, uang pembinaan, beasiswa masuk SMK PGRI 3 Malang senilai Rp. 3 juta dan kupon gratis pembelian formulir.
“Adapun pelaksanaan lomba dilakukan di dua tempat, selain di SMK PGRI 3 Malang, juga dilangsungkan di Champhion Futsal Tlogomas,” kata Lukman.
Selain beberapa kejuaraan dan lomba-lomba, dalam SakriVaganza kali ini juga digelar berbagai kegiatan lain yang menarik. Beberapa kegiatan itu adalah Try Out Online 2016, motivasi UN, training AutoCAD dasar, training otomotif, training roboticopen house karya inovasi siswa-siswi SMK PGRI 3 Malang.


 Oleh : Nur Azizatul Jannah 


Selasa, 14 November 2017

Siswa SMK PGRI 3 Malang jatuh dari lantai 4

Empat siswa jatuh dari lantai 4


Empat siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 3 Malang jatuh dari atap sekolah, Kamis (13/10/2016). Mereka adalah M. Afan Jati Nugroho, Iqbal Aji, Alivin Sudarsono, dan Iqbal Ramadan Siswa kelas XII jurusan Pembangkit Listrik tersebut terjatuh dari atap setinggi sekitar empat meter.


Dalam peristiwa tersebut pihak sekolah langsung membawa Afan Jati Nugroho dan Iqbal Aji ke Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) karena mengalami luka yang cukup parah di bagian dagu dan bibir. Sedangkan Alivin Sudarsono, dan Iqbal Ramadan hanya mengalami luka ringan.

"Setelah kejadian kami langsung bawa dua siswa yang terluka parah ke rumah sakit," ujar Wakil Kepala Kesiswaan SMK PGRI 3 Malang,Alm. Santur Hidayat.

Kepala Sekolah SMK PGRI 3 Malang, M. Lukman Hakim menjelaskan, kejadian terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, Pada saat empat siswa tersebut berjemur di atas lantai 4 dan bersandar di tiang-tiang di lantai 4, waktu itu saat selesai melaksanakan pelajaran Olahraga. Pelajaran olahraga di SMK PGRI 3 Malang memang dilakukan yang bertempat di rooftop lantai 4 gedung yang bersebelahan dengan gedung D.

Diduga material atap yang tipis, membuat empat siswa yang bersandar langsung terjatuh menembus plafon lantai tiga ruang kelas sebelum terjatuh ke lantai. Lukman menyebut peristiwa ini merupakan kelalaian siswa, sehingga pihalnya mengimbau pada siswa agar lebih berhati-hati.

"Agar tak terulang kami akan membangun pagar di seluruh area lantai empat, dan bangunan sekolah lainnya yang dianggap membahayakan. Tidak ada sanksi untuk siswa yang lalai, namun biaya perawatan di rumah sakit ditanggung pihak sekolah melalui asuransi," tandas Lukman.

Oleh : Farida Umami

Selasa, 07 November 2017

NAPAK TILAS SMK PGRI 3 MALANG

NAPAK TILAS SMK PGRI 3 MALANG


Pada hari sabtu (31/05/2014) menjadi momen yang spesial bagi segenap warga SMK PGRI 3 Kota Malang dengan melakukan kirab napak tilas dengan mengambil start di halaman depan Stadion Gajayana dan finish di Masjid Khadijah untuk memperingati Isra’ Mi’raj 27 Rajab 1435 Hijriah.

Ketua Pelaksana Isra’ Miraj SMK PGRI 3, Santur Hidayat, mengungkapkan napak tilas perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dengan jalan kaki dari Stadion Gajayana itu diharapkan akan mampu menggugah pemahaman siswa terhadap perjuangan Nabi Muhammad saat menjalankan Isra’ Mi’raj. Untuk selanjutnya bisa menggugah semangat para siswa untuk berhijrah ke dalam kebaikan seperti misalnya yang sebelumnya belum rajin salat menjadi lebih rajin salat.

Agar tidak merasa kelelahan para siswa senantiasa mengumandangkan lagu lagu bertema islami agar suasana semakin meriah. Kekompakan juga ditunjukan dengan seragamnya baju yang dikenakan oleh para siswa. Tak hanya itu,properti yang dibawa pun tak kalah menarik, dengan membawa alat musik,poster berisi ajakan serta keunikan tema menambah meriahnya kegiatan napak tilas tersebut.

Setelah berjalan bersama dari Stadion Gajayana, sebanyak 1.200 siswa mendengarkan tausiah yang disampaikan oleh Ustad H. Atho’ilah Wijayanto, M.Pd selaku pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Huda di Masjid Khadijah. Dalam tausiahnya, Ustad Atho’ilah menyampaikan tentang perjalanan Nabi Muhammad saat mendapatkan wahyu untuk melaksanakan salat 5 waktu. “Banyak faedah yang bisa kita ambil dari sini. Kita pun saat ini perlu melakukan hijrah untuk menuju perbuatan yang lebih baik,” ucapnya. 

Oleh : Vicky Amalia/XII-Multimedia-D

Selasa, 31 Oktober 2017

SEJARAH LAGU INDONESIA RAYA (M. Hamzah)

SEJARAH LAGU INDONESIA RAYA
Lagu ini di zaman Belanda sempat menghebohkan, tahun 1930 Indonesia Raja dilarang dinyanyikan umum. 28 Oktober 1928 malam, di gedung Jl. Kramat Raya 106 Batavia, pemuda Wage Rudolf Supratman (9 Maret 1903 – 17 Agustus 1938) menyebarkan lirik konsep suatu lagu kepada hadirin di sana. Pada malam penutupan Kongres Pemoeda itu pada Desember 1928, Supratman dengan gesekan biolanya mengiringi sebarisan paduan suara, mengetengahkan lagu ciptaannya berjudulIndonesia Raja. Dua bulan kemudian ode (lagu pujian perjuangan) tersebut menjadi amat populer, terutama dipelopori anggota Kepanduan Bangsa Indonesia, sebab dalam lirik ode tersebut ada kalimat “jadi pandu ibuku”.
Supratman, putra Sersan KNIL Djoermeno Senen Sastrosoehardjo, di saat itu memang sudah dikenal sebagai komponis, serta wartawan dan penulis muda berbakat. Berkat pergaulannya cukup luas di kalangan kaum muda, hatinya tergerak untuk menciptakan ode itu, walau kemudian oleh beberapa pengamat, dikatakan lagu Indonesia Raya itu terpengaruh La Marseille – ciptaan Rouget de L’isle (1922).
Lagu ini di zaman Belanda sempat menghebohkan, tahun 1930 Indonesia Raja dilarang dinyanyikan umum, karena dianggap mengganggu ketertiban dan keamanan. Supratman diinterogasi dan ditanya mengapa memakai kata “merdeka, merdeka”. Dia menjawab kata-kata itu diubah pemuda lainnya, sebab lirik aslinya “moelia, moelia”. Protes pun berdatangan, sampai volksraad turun tangan. Akhirnya laguIndonesia Raya minus lirik “merdeka, merdeka” boleh dinyanyiakn, asal dalam ruangan tertutup!
Menjelang ujung umurnya, setelah menciptakan lagu Dari Barat Sampai ke Timur, Bendera Kita, Ibu Kita Kartini dan lainnya, Supratman pada 7 Agustus 1938 ditangkap Belanda di Surabaya, gara-gara lagunyaMatahari Terbit yang dianggap mengandung “simpati” terhadap Kekaisaran Jepang. Lagu itu pun dilarang diperdengarkan di muka umum. Tak lama kemudian, W.R. Supratman yang dinyatakan ekstrem ini wafat.
Jepang menduduk Indonesia tahun 1942. Lagu Indonesia Raya segera dilarang dikumandangkan, walau sebelumnya Jepang sempat mengudarakan lagu ini lewat Radio Jepang – untuk mengambil hati “saudara mudanya”. Tapi setelah merasa kedudukannya goyah, Jepang membentuk Panitia Lagu Kebangsaan pada tahun 1944.
Naskah asli Supratman tahun 1928, kemudian diubah beberapa kata-katanya. Namun, perubahan cukup besar terjadi pada refrain lagu 1928 : Indones’, Indones’ Moelia, Moelia Tanahkoe, negrikoe yang Koetjinta Indones’, Indones’ Moelia Moelia, Hidoeplah Indonesia Raja, menjadi: “Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Tanahku, Negriku yang Kucinta, Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Hiduplah Indonesia Raya” (dalam versi 1944).
       Setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia, namun sampai Agustus 1948 belum ada keseragaman, hingga dibentuklah Panitia Indonesia Raya pada 16 November 1948. Baru pada 26 Juni 1958 keluar peraturan pemerintah tentang lagu Indonesia Raya dalam enam bab khusus yang mengatur tata tertib, sampai keseragaman nada, irama, kata, dan gubahan lagu

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan oleh komponisnyaWage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28 Oktober 1928 pada saat Kongres Pemuda II di Batavia. Lagu ini .menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni

Stanza pertama dari Indonesia Raya dipilih sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945
Indonesia Raya dimainkan pada upacara bendera. bendera indonesia dinaikkan dengan khidmat dan gerakan yang diatur sedemikian supaya bendera mencapai puncak tiang bendera ketika lagu berakhir. Upacara bendera utama diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan indonesia Upacara ini dipimpin oleh presiden indonesia
Setiap orang yang hadir pada saat Lagu Kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat.
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan.
Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.   Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!") pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan.[1] Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial dan pada kompas tahun 1990-an, Remy Sylado, seorang budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda. Kaye A. Solapung, seorang pengamat musik, menanggap tulisan Remy dalam Kompas tanggal 22 Desember 1991. Ia mengatakan bahwa Remy hanya sekadar mengulang tuduhan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan mengutip Amir Pasaribu bahwa dalam literatur musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda di Belanda, begitu pula Boola-Boola di Amerika Serikat. Solapung kemudian membedah lagu-lagu itu. Menurutnya, lagu Boola-boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan Indonesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan penggunaan Chord yang jelas berbeda. Sehingga, ia menyimpulkan bahwa Indonesia Raya tidak menjiplak.

Sumpah Pemuda (Asri Dwi)

Struktur teks cerita sejarah
singkat tentang Sumpah Pemuda
Orientasi : Sumpah pemuda adalah salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kristalisasi semamgat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara indonesia. Sumpah pemuda adalah keputusan kongres pemuda kedua yg diselenggarakan dua hari di Batavia (Jakarta) .
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada tanah air Indonesia. Diharapkan menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan dimuka rapat perkumpulan perkumpulan.
Periodesasi : Peristiwa sejarah sumpah pemuda merupakan suatu pengakuan dari pemuda pemudi Indonesia yg mengikrarkan satu tanah air satu bangsa dan satu bahasa . sumpah pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928. Hasil dari kerapatan pemuda pemudi atau kongres pemuda II Indonesia yg setiap tahunnya diperingati Hari Sumpah Pemuda.

POSTER SAY NO TO DRUGS

Oleh : Vicky Amalia / 12-MM-D